oleh: Novi Dina*

Sabtu 10 April 2021 saya dan rekan saya mengunjungi Wisata Bukit CIP yang terletak di Desa Cottok. Rekan saya yang menunggu di pinggir jalan dengan Mio berwarna birunya, sebelumnya kami janjian terlebih dahulu via Whatsapp

Kami mengunjungi bukit CIP ingin menghabiskan akhir pekan sekaligus belajar bersama teman - teman literasi yang sedang mengadakan camp di bukit CIP. Jika Gerakan Situbondo Membaca tidak mengadakan camp literasi di sana mungkin saya tidak akan sampai, kecuali jika ada yang mengajaknya (kode). 

Bukit CIP atau Cottok Innovation Park ini berada di pada desa Curah Cottok, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Dari namanya saja sudah pakai bahasa Inggris mungkin ada harapan ingin manjadi destinasi wisata yang bertaraf internasional. Wah puncak Bogor bisa kalah saing nantinya, karena bukit CIP juga ada di puncak. heheh. Tinggal ditambah warung - warung seperti Warpat dan villa villa seperti puncak Bogor (cie el la kek pernah sampai aja!) 

Beberapa keluarga saya rata - rata sudah pernah berkunjung pada destinasi wisata ini, hanya saya saja yang baru pertama kali datang. Apa lagi waktu pertama kali di buka banyak dari sepupu dan sudara lain sudah pernah mengujunginya. Awalnya saya berpikir hanya destinasi wisata yang biasa saja, yang memiliki kolam renang, tempat selfie, tempat berkuda sama halnya seperti destinasi wisata yang lumrah di Situbondo. Setelah saya sampai ada hal yang berbeda dari dugaan saya. Di luar destiansi wisata terdapat panel surya, yah bagi anak kampung seperti saya melihat panel surya adalah sesuatu yang keren. 

Bukit CIP sama seperti beberapa destinasi wisata lainnya yang berasal dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Perlu di garis bawahi bahwa kunci di balik kesuksesan suatu usaha atau bisnis termasuk dalam mengelola jasa pariwisata di tingkat desa adalah manajemen yang baik. Jika tidak didukung sistem manajerial yang rapi, akan banyak objek wisata baru yang tak mampu bertahan lama meski sebenarnya memiliki potensi luar biasa. 

Setelah sampai dan sedikit jalan - jalan menyusuri objek wisata, kami semua dikumpulkan dalam pendopo dekat objek wisata untuk mendengar pemaparan dari anggota perangkat desa. Selain dari destinasi wisata desa juga menerima pemasukan dari travel yang di miliki juga simpan pinjam dan token. Perangkat desa juga bercerita bahwa destinasi wisata juga ikut terdampak pandemi dan membuatnya sepi pengunjung. Ada harapan akan banyak inovasi kedepannya yang akan dilakukan oleh para pengelolanya, jangan sampai ditinggalkan begitu saja dan memilih kembali ke pekerjaan pokok masing-masing. Sebab, merintis usaha jasa pariwisata belum menjanjikan kemapanan. 

Menurut informasi yang di dapat, kini pihak desa telah menjalin kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk pengembangan teknologi. Selain mempunyai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan di kembangkan pula pembangkit listrik tenaga angin (PLTA). Tinggal peneliti dalam kota saja yang juga perlu dirangkul. Jangan sampai banyak membuka diri pada peneliti luar dan tertutup pada peneliti dalam kota. 

Ada rencana kedepannya akan membangun peternakan dan pertanian. Dengan adanya peternakan sepertinya nantinya desa Cottok juga bisa membuat pembangkit Listrik tenaga biogas yang berbahan Kotoran Sapi. Memiliki tiga sumber pembangkit listrik dari panas matahari, angin dan biogas rasanya penduduk desa akan mendapat akses listrik gratis dari tiga pembangkit tersebut, kecuali di monopoli yah tetap bayar mahal. 

Sedikit berbincang - bincang dengan salah satu pemuda desa yang mangaku bahwa dirinya dan rekan - rekannya juga bisa membuat robot dan sudah diikut sertakan dalam perlombaan. Patut dicontoh! sebagai pemuda milea eh milenial sudah seharusnya kita kita banyak belajar, berkarya, sesekali ngebucin. hahah.

Saya memiliki harapan kedepannya untuk desa tersebut akan manjadi desa teknologi satu - satunya yang dimiliki provinsi Jawa Timur dan nantinya dapat membangun masyarakat dalam segala aspek kehidupannya juga membangun nilai-nilai kearifan lokal dalam bidang teknologi, pertanian, budaya, pendidikan dan budaya ekonomi lokal yang pada akhirnya mencapai tingkat global.

_______________________

*) Mahasiswa yang sedang mengejar jodoh eh mimpinya!!!