Ilustrator: link Muzayyaroh


Oleh: Arifa Ambami

Dalam langkah menawan

Lesat belati tanpa haluan

Busur padah bersembunyi di balik angan

Ringkih kupendam

Tak henti menikam dalam diam

Pena seakan tuli akan kebenaran

Terhina dalam hiruk pikuk keramaian

Bising labuan malam

Menyingkirkanku di sudut ruangan

Malang tanpa bandaran

Ringkih kupendam


 

Tanah rahimku

Tanah bertumpah darah

Aku,

Trlahir dari rahim pertiwi

Bahasa ibuku,

Tanpa kata

Telah menyatu dalam raga

Jiwa-jiwa yang membara

Telah mengubah lingis dalam tempahnya

Sorak-sorak pemuda damai

Alangkah indah tanah ini

Dengar pilu yang telah

Menghardikku tumbuh

Tanah rahimku

Di sini Aku merindu


 

Semampai rasa

Malamku begawan

Menitra kenang

Yang kian terajut benang

Saat kembali melihat rupanya

Semampai rasa tak bisa berdusta

Kutatap sendu mata penuh rindu

Walau tak mampu kusentuh tangan itu

Cukuplah aliansi yang menitral sepi

Rasaku tak hilang

Bersemayam dalam angan


 

Menghilang dalam awan

Kemanakah

Kemanakah Aku hendak mencari?

Kemana Ia menghilang

Atau mungkin dicuri orang?

Oh

Sungguh malang nasibmu siwalan

Bagai jalang yang tersingkirkan

Kemanakah

Kemanakah Aku hendak mencari kumpulanku?

Kumpulan para pemenang

Kumpulan yang didamba setiap orang

Anganku telah melambung melebihi cakrawala

Qalbuku telah berserah pada-Hu

Nadiku telah berdesir-Hu

Lantas bagaimana bisa?

Takdir memberilu hidangan bangkai

Dan membuat mimpiku terbengkalai

 

 

 

*santri aktif Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo. Asal Agel, Jangkar, Situbondo, Ia adalah siswa di SMA Ibrahimy Sukorejo.