oleh : Novi Dina*


Beberapa waktu lalu saya dan tim ekspedisi Senyum Desa Indonesia berkesempatan mengunjungi salah satu desa yang ada di ujung timur situbondo, nama desanya Sumberwaru dan kami mengunjungi salah satu dusunnya yaitu dusun Merak blok Widuri. kegiatan kami di sana seputar bakti sosial, setiap tahunnya Senyum Desa Indonesia memiliki agenda wajib yaitu ekspedisi Senyum Desa dan kali ini Situbondo menjadi tuan rumahnya. Kegiatan di mulai dari hari kamis sampai hari minggu, namun dari rabu malam beberapa volunteer mulai berdatangan dari beberapa daerah seperti Jember, Tulungangung, Malang dan Gersik. 

Hari kamis siang dari meeting poin rombongan bergegas menuju arah timur, perjalan dari meeting poin menunju lokasi acara memakan waktu sekitar dua jam lebih. Jalan yang kita lewati berbatu juga berdebu, memasuki kawasan Baluran di sana kami melihat pohon – pohon dengan warna daun yang kuning dan berguguran karena memang musim kemarau, tetapi ada juga pohon yang memiliki daun yang masih hujau. Tidak hanya itu, banyak pula lalu lalang sapi yang dibiarkan jalan bebas mencari makan meskipun terlihat kurus. Setelah perjalan yang cukup jauh akhirnya kami tiba di dusun Merak blok Widuri, di sana kami di sambut oleh bapak Fudaili selaku warga setempat yang membantu kami selama proses awal dari survey sampai final di hari tersebut. Pembukaan acara diselenggarakan di SDN Merak. Selesai pembukaan, istirahat, bersih bersih kemudian breafing untuk kegiatan hari pertama. Saat matahari mulai terbenam lampu di hidupkan kami baru tahu bahwa lampu tidak seterang biasanya seperti di rumah, mungkin karena hanya dari panel surya di tambah lagi akses jaringan hilang, yang tergambar hanya lingkaran di ponsel kami, tetapi ibu yang rumahnya kami tempati memberi informasi, bisa menggunakan layanan internet asal membeli voucher internet yang di jual di  warung. Satu voucher hanya bisa di pakai empat jam jika terus menerus di hidupkan tetapi bila sering dimatikan bisa lebih. Satu voucher internet dihargai dua ribu rupiah, jika di kota dua ribu rupiah hanya bisa untuk bayar kamar mandi atau membayar parkir di sana bisa untuk membeli sumber penghidupan yaitu voucher internet untuk menghubungi orang tua atau orang tersayang lainnya. 

Hari jumat pagi sudah di riweh kalangan yang sedang antri kamar mandi kecuali saya, karena saya dan beberapa teman – teman sudah mandi sebelum adzan subuh berkumandang agar tidak perlu antri. Sebelum itu, kami sempat menunggu hari mulai terang di pantai subuh utara sekolah yang kami jadi permbukaan, saya tidak tahu mengapa pantai tersebut di beri nama pantai subuh, apa memang nama pantai tersebut atau teman – teman saya yang memberikan  nama tersebut karena kami pergi ke sana waktu subuh hari. Di hari itu kami memulai melakukan kegiatan pertama yaitu memberikan tas sekolah gratis kepada seluruh siswa dari SD sampai PAUD yang total keselurahannya enam puluh tujuh siswa. Tidak hanya memberikan tas sekolah gratis, kami juga bermain bersama dengan para siswa, berhubung beberapa kelas sedang latian gerak jalan kami hanya bisa menyalurkan beberapa saja, sisinya dibagikan keesokan harinya. Kami memiliki beberapa menit untuk melakukan shalat jumaat untuk kalangan adam dan shalat dzuhur untuk kaum hawa juga waktu istirahat sejenak. Setelah itu, kami di sibukkan menyiapkan lomba tujuh belas agustus yang akan dilaksanakan sore hari. Sebelumnya kami sudah memberi informasi kepada seluruh siswa untuk datang dan berpartisipasi dalam lomba tersebut. Tidak hanya lomba anak – anak ada juga lomba ibu – ibu tidak mau kala bapak – bapak juga ikut serta. Mereka ikut lomba bukan karena iming – iming hadiah yang kami tawarkan melaikan kesadaran diri untuk ikut memeriahkan hari ulang tahun republik Indonesia. Selesai lomba, karena hari masih sore beberapa volunteer pergi ke sebelah timur menuju pantai yang  saya tidak tahu namanya, di sana banyak rombongan sapi yang ingin pulang ke kandangnya diikuti satu penjaganyan dari belakang. Di pantai tersebut selain melihat para rombongan sapi kami juga bermain permaina zaman dahulu yaitu  sodor atau gobak sodor atau lagi galah  asin, bermain di tepi pantai berbackground sampai matahari terbenam kemudian kembali ke basecamp

Hari kedua diisi dengan kegiatan bagi bagi tas sekolah kepada siswa yang sebelumnya belum dapat, juga di isi dengan pemeriksaan gratis untuk warga dan pembagian pakaian  bekas layak pakai kepada warga yang mengikuti pemeriksaan gratis. Setelah itu, kami disibukan dengan membuat taman baca juga mempersiapkan acara malam puncuk acara sekaligus acara perpisahan dengan warga sekitar, mulai dari membuat pangung yang berubah bekali kali hingga benner yang terlalu besar juga tidak bisa di paku karena kayu untuk memaku benner terlalu keras dan banyak kendala lainnya yang kami alami, meski banyak kendala hal tersebut kami lalu hingga acara terlaksana tepat setelah adzan isyak berkumandang. Di luar prediksi kami ternyata banyak sekali warga yang hadir tidak hanya hadir tetapi juga memeriahkan acara tersebut hingga tiba di pengunjung acara untuk berpamitan pada warga sekitar, isah tangis pun pecah tidak hanya cucuran air mata yang mengalir deras di mata kami rupanya salam perpisahan kami pada warga juga menyentuh hati mereka yang membuat ikut terhanyut dalam linangan air mata,   

Hari terakhir kami di tutup dengan bertamasya ke pantai Bama Baluran dan menikmati setiap perjalan menuju pantai tersebut, disuguhi savana Baluran yang luas terbentang juga para hewannya yang seperti menyambut kedatangan kami.

Banyak sekali pelajaran hidup yang kami pelajari selama empat hari di sana dari arti kata sabar, usaha dan bersyukur tetapi yang banyak sekali kami perlajari yaitu arti kata syukur. Mungkin apa yang kami keluhkan saat ini adalah sesuatu yang mereka harapkan.


 Tidak lupa kami ucapakan terimakasih kepada semua pihak yang ikut  serta mensukseskan acara. 

 



______________
*) penulis bisa ditemui selain datang kerumahnya juga bisa silahturahmi di akun instagramnya @novidina98