Oleh: Laili Husnaten*
Dia sehat,namun dia mati. malam itu seketika
mencekam,angin berguncang mengiringi nafas terakhirnya,tangisan takut
kehilangan terdegar di seluruh sudut rumah, perlahan ku dekap anaknya dan aku
membisikkan kalimat yang lillah
“asshadu an laa ilaaha illalaahu wa asyhaduanna
muhammadar rasuulullah”
Dan Setelahnya hanya tersisa keping
kenangan.
Samar samar aku melihat dia di ujung Lorong itu. dia tersenyum manis kepadaku dan mendekatiku lalu bertanya “dimana anakku?aku rindu”
kemudian aku menjawab dengan senyum yang tak kala manisnya “oh iya,ada disana” dia memegang tanganku dan aku bawa dia untuk melewati Lorong namun tiba tiba langkahnya berhenti tangannya yang dingin seolah olah menyuruhku untuk tetap bersamanya dia berkata “boleh ikut sebentar? Aku butuh teman”ucapnya sambil menunjuk tumpukan tanah itu.belom sempat aku menjawab dia mulai menyeretku dan aku terus menolak, “apakah aku akan mati bersamanya?” ucapku
Keadaan ekonomi membuat keluarganya terpaksa berpisah,suaminya yang merantau jauh
di kota orang begitupun anak pertamanya juga
merantau ke kota besar sejak lulus SMP,hingga terpaksa dia hidup berdua dengan
anak kedua.bertahun tahun berlalu keadaan ekonominya semakin membaik, dengan
keadaannya yang sangat prihatin dimana dia harus merawat satu anaknya yang
kecil dengan kakinya yang cacat.tetapi aku suka membantunya untuk sekedar
menyapu dan menuntunya ke kamar mandi.
Dia cacat tidak bisa berjalan namun dia
cantik,hatinya juga baik,dari senyumnya yang manis terihat jelas kasi sayangnya
kepada sang suami, dia terkenal sebagai Wanita yang sangat baik dan suka
memberi,hingga orang orang di sekitarnya sangat menyayanginya,
Karna keadaan keluarganya mulai membaik
akhirnya dia membuka usaha sendiri,berjualan di depan teras rumah, disanalah
banyak teringat kisah-kisah indah Ketika aku membantunya,banyak senyum dan tawa
antara aku dan dia ,terukir bankanya peristiwa yang membuat ingin meneteskan
air mata Ketika mengingatnya.
Malam-malam berlalalu sering sekali aku
mendengarkan tawa bahagianya karna menonton sinetron kesukannya dan setelahnya
mengobati rindu dengan suaminya meskipun hanya lewat sosial media,terkadang di
pagi hari mendengarkan teriakannya hanya untuk memanggilku agar menolongnya
saat di kamar mandi,aku tau betul bagaimana dia menyiapkan sarapan pagi untuk
anak kecilnya yang saat itu sedang duduk di bangku kelas 2 SD.
Bertahun-tahun sudah terlewati semasa
hidupnya dia tidak pernah lagi melihat keluarganya utuh karna ekonomi,mungkin
batinnya rindu,mungkin batinnya menahan tangis ingin bertemu,rindu dari seorang
ibu yang tidak bisa menyiapkan makanan untuk suaminya yang ingin bekerja,rindu
seorang ibu yang tidak bisa menemani anaknya tumbuh dewasa,rindu dari seorang
ibu yang tidak dapat melihat keluarganya utuh Kembali.
Aku teringa sesuatu saat dia dia
bercerita kepadamu bahwa Berat untuk melewati masa-masa yang jauh dari anak dan
suaminya,aku juga selalu memperhatikan dirinya yang sedikit demi sedikit badanya
mulai kurus, tetapi raut wajahnya tetap seperti dulu yang aku kenal hanya
auranya saja yang berbeda seperti ada hal hal yang disembunyikan, aku juga
Kembali teringat di saat saat terakhirnya di kala dia sesaak,dia menatapku seperti
ingin menyampaikan sesuatu namn mungkin terasa berat dan pada akhirnya berjung
kematian yang menurutku agak janggal. Banyak sekali misteri dan tragisnya dia
belum sama sekali melihat wajah suami dan anaknnya yang saat itu berada di
perantauan.
Aku menangis kala itu, sekaligus aku
tidak percaya.
“memang benar perpisahan paling
menyakitkan adalah kematian.” Ucapku
sambil menangis tersedu sedu
Kemudian malam menjadi sunyi,hingga pagi tubuhnya
sudah kaku itu tak kunjung dimakamkan, keluargana segera menelfon anak dan
suaminya di perantauan untuk segera pulang aku mendengar sedikit kata yaitu
“ada sesuatu yang sangat penting,bisa
pulang sekarang?” dengan nada panik
Sang anak tak banyak tanya dia langsung
memesan tiket pesawat untuk Kembali, orang orang sudah banyak yang datang di
sana dan banyak sekali yang menangis semua itu karna dia orang yang baik juga
dermawan,kala itu aku ingat sekali betapa banyaknya orang yang bergerombol,tepat
pukul 13,52 terlihat di ujung Lorong seorang pria yang badannya cukup tinggi
turun dari taxi, terlihat raut wajah yang panik sekaligus kaget dari kejauhan
melihat banyak orang di rumahnya. Langkah demi Langkah untuk menuju rumah sang
ibu,harapan Ketika pulang melihat ibu yang sehat namun yang dia lihat badan ibunya
yang kaku di tutup selembar kain kafan seketika tangisannya pecah memeluk sang
ibu,semua yang ada di tempat itu menangis ikut merasakan apa yang di rasakan
anaknya,tak di beri waktu lama untuk menangis sang ibu harus segera di makamkan
namun ada sedikit aneh aku sama sekali tak melihat suaminya.setelah pemakaman
selesai aku mendengar bnayak sekali gossip perihal suaminya,pasalnya banyak
orang berkata bahwa kematiannya tidak wajar. Orang orang berkata bahwa
meninggalnya karna di guna guna, namun aku tidak bisa menolak karna memang dua
bulan sebelum dia meninggal keluarganya sempat mengundang orang pintar untuk
memeriksa keadaannya dan benar saja di temukan paku yang di bungkus kain dari
perutnya,namun hari hari setelah itu dia terlihat sehat sehat saja. Setelah dia
di makamkan pada hari ketiga suaminya pulang dengan menangis dan di hadapan
kita dia memohon maaf bahwa tidak bisa menemani istrinya di saat saat
terakhirya,namun se pandai pandainya menyembunyikan bangkai akhirnya tercium
juga bukan?.
Hari ke-empat setelah kematianya aku
merasakan ketakutan taktahu mengapa padahal sebelumnya biasanya saja,hingga aku
berjanji pada diri aku sendiri untuk tidak tidur semalamn karnamemang aku
merasakan hawa yang aneh menyelimuti.aku berhasil untuk tidak tidur malam
harinya sampai jam 12 malam saja setelahnya aku terlelap di bawa oleh mimpi,
sangat senang rasanya Ketika di mimpi itu aku bertemu dengan dia, namun ada
yang aneh,aku tidak menolak kehadirannya .
“haruskah aku ikut dengan mu?”
Dia hanya mengangguk,lalu aku bertanya
Kembali
“memangnya kenapa, apa kamu kesepian?”
Sekali lagi dia hanya mengangguk
Aku terus berpikir, bahwa dia memang
benar benar sepi di alam sana ,dia butuh teman.
“tetapi jika kamu memang benar benar sepi
dan kmu rindu keluargamu kamu bisa dtang ke mimpi mereka”
Dia menjawa “tidak bisa,kamu harus
ikut,disana akan lebih tenang”
Mendengar itu air mata mengalir deras,kemudian genggamannya terlepas,aku
sadar bahwa maksudnya aku harus ikut dengannya ,hatiku menolak ,aku tidak
mau,aku masi ingin trus hidup,aku masi ingin bertemu dengan keluargaku,aku
takut,aku belum siap untuk mati,akhirnya aku lari menjauhinya yang saat itu
Tengah siap membawaku jatuh ke liang lahat. Dan akhirnya
“BRAKKKKK”
Karna suara itu aku terbangun dan bingung apakah hal tersebut mimpi atau
nyata,tetapi aku berkeringat seakan akan yang terjadi di mimpi itu
nyata,pengalaman yang buruk, aku teringat kata orang orang di desaku bahwa
sebenrnya orang yang matinya masi banyak misteri akan mengajak orang lain juga
untuk mati.
“jika saja di impi itu aku ikut,pasti aku
sudah mati sekarang untunglah aku masi hidup”
Aku tersadar sesuatu bahwa Kematian itu
adalah hal yang pasti,dia yang mati terkadang masi merasakan rindu dengan
kekasihnya,dia yang mati terkadang masi rindu anaknya,dia yang mati terkadang
masi berusaha menyampaikan pesannya dalam mimpi dan dia yang mati juga dapat
membawa kita pergi melalui mimpi
Penulis
Laili
Husnaten atau yang biasa disapa Laili merupakan remaja berusia 19 tahun yang
lahir di Situbondo pada tanggal 12 Juni. Saat ini Laili sedang berkuliah di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jember. Bisa
di temui di akun Instagramnya @lillyhsntn
Ilustrator
Alifa Faradis, seorang perempuan yang sedang menikmati senja bersama kekasihnya.
0 Komentar