Ilustrator : Gaharu*


Rindu yang Kelabu

Gaharu

 

Ma...

Aku hanya ingin berkata walau terasa sesak di dada


Ma...

Aku hanya ingin melihat senyum di wajahmu menghias malam bak rembulan tidurku


Ma...

Aku tak tahu apa yang harus aku beri

Aku tak mengerti jalan mana yang bisa membuatmu berseri

Sedangkan kau selalu tahu cara agar aku bangkit lagi

Terasa sunyi dunia ini bila kau jauh dari pelupuk mata


Aku tak tahu harus berkata apa

Hanya lantunan doa dan ayat suci yang kau patri dalam hati

Membuatku berani melangkah menggapai senyum untukmu kembali

Hanya isyarat rindu dari dzikir sepertiga malamku

Sebagai pemuas dahaga atas kata yang tak dapat kuutarakan padamu

Meski hati ini berat untuk segera memelukmu

Berceloteh tentang kesah setiap hari

Tentang bintang dan matahari yang kau beri tanpa jeda permisi


Ma...

Aku rindu


Ibuku tetaplah Seorang Ibu

Kapten_Ran

 

Ibu...Ibu...Ibu...

Begitulah kupanggil dirimu

Dalam ragamu aku merekah

Netramu memperlihatkan dunia

Telingamu memperdengarkan alunan cinta

9 bulan 10 hari kita lewati bersama

Berbagi suka dan duka

 

Ibu selalu menangis disetiap hilir malam

Menerjang badai hingga tembakan

Dirajam oleh orang tersayang

Dengan alasan diriku yang merupakan benih terlarang

Anak haram tanpa ikatan pernikahan

 

Tengah malam kuratapi takdir

Teringat hinaan dan cercaan

Tak apalah aku dihina asal jangan ibuku

Keibuannya dipertanyakan

Begitupula kesucianku

Aku dianggap malapetaka bukan anugerah

Oleh orang yang hatinya penuh dusta

 

Ibu menangis saat aku dikata buah dosa

Aku menangis saat ibuku disebut pendosa

Mereka membandingkan rasa sakit yang ibuku derita

Lalu dengan lantang berkata derita ibuku jauh dibawah derita mereka

 

Aku bertanya apa yang mereka derita?

Saat masyarakat tidak menganggapnya pendosa

masihkah ada derita yang melebihi ibuku?

 Dimana anaknya dianggap buah dosa


Bagaimana cara aku ada

Kapan dan dimana aku berada

Sekarang atau nanti aku dilahirkan

Ibuku tetaplah seorang ibu


Sang surya

El

 

Surya kehidupan terbias indah dalam angan

Meniti hidup dengan tenang

Kau pelipur lara tatkala sang purnama

Terbias kasih seorang diri

Aku yang tak bisa berucap lagi

Tentang cinta yang abadi

Menuju jalan hidup ini

Ku lihat kau semakin menunduk sedang ku masih tak tunduk

Aku tak bisa mengucapkan aksara sedang jalanku masih begini saja

 

 

Untukmu Bunda

Gaharu

 

Mungkin mata tak lagi saling menatap

Mungkin kulit tak lagi saling menyentuh

Tapi dekapmu masih hangat di dada

Dan senyummu begitu sejuk di mata

Hanya setumpuk tanah yang memisahkan raga tanpa bisa menghilangkan rasa

 

Bunda

Kemarin masih kuingat tanpa bisa hilang dalam ingatan

Saat timang kau beri

Saat suap pertama kau saji

Aku tak peduli lagi meski diri sudah berbeda dimensi

Karena selamanya kau menetap di hati