Ilustrator : Permata Kamila


Oleh : Dendi Novy Kurnia


Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai

Tak mengapa bagiku, asal kau pun bahagia dalam hidupmu

Telah lama ku pendam perasaan itu, menunggu hatimu menyambut diriku

Tak mengapa bagiku, mencintaimu pun adalah bahagia untuk ku

Ku ingin kau tahu, diriku disini menanti dirimu

Meski ku tunggu hingga ujung waktu ku

Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya

Dan ijinkan aku, memeluk dirimu kali ini saja

Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya

Dan biarkan, rasa ini bahagia untuk sekejap saja

(Cinta dalam Hati – Ungu)

 

Dari lagu itu, sepertinya lagu itu pas banget dengan apa yang aku alami. Dimana seseorang menyimpan perasaannya terhadap orang yang dicintai. Ia nggak bisa mengatakan perasaan itu sama orang yang dicintai. Sulit banget mengatakan kata “I love you” sama orang yang dicintai.

Pengen banget rasanya aku bilang kata-kata itu sama dia. Tapi sayang, lidahku kelu, tak mampu untuk mengeluarkan satu patah kata pun untuk dia. Di belakangnya aku mampu berkhayal kalau aku bisa mengatakan “aku cinta kamu”. Namun di depannya, aku bak patung, terdiam seribu bahasa. Jangankan bicara sama dia, berada di dekat dia saja sudah lebih dari cukup.

Aku memang mampu untuk menyimpan perasaanku terhadap orang yang sangat aku cintai. Itu terbukti pada perasaanku kepada cinta pertamaku. Aku bertahan dengan perasaan tak berbalasku selama 9 tahun. Ya, 9 tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk berusaha mempertahankan perasaan terhadap satu orang. Dimana banyak godaan dari pihak lain yang berusaha menjodohkan aku dengan orang pilihan mereka dan belum tentu aku menyetujuinya.

Kali ini, ketiga kalinya dalam hidupku, aku lagi-lagi menyimpan perasaan terhadap seseorang. Di usiaku yang sudah tak terbilang muda bahkan remaja lagi ini, tak seharusnya aku menjadi kekanakan. Kali ini aku masih dalam perjalanan menemukan seseorang yang menurutku pas untuk semuanya. Ya, pas untuk menjaga aku, pas untuk menyayangi aku begitu juga dengan keluarga aku. Aku tau ini bukan lagi perasaan cinta monyet atau cinta remaja, namun kali ini aku berharap dialah yang terakhir orang yang aku cintai. Mau percaya atau tidak, inilah kisah nyata yang aku alami saat ini.

Tahun 2020 adalah awal pertemuan pertamaku bersama lelaki yang saat ini mengisi ruang hatiku. Awalnya aku nggak ada perasaan apapun sama dia. Tapi hari demi hari, bulan demi bulan berganti, mulai timbul perasaan yang mungkin bisa disebut dengan “cinta”. Ya, aku mulai jatuh cinta terhadap lelaki ini. Entah mulai saat kapan perasaan ini tumbuh. Mungkin karena seringnya pertemuan antara kami yang membuat aku mulai ada rasa dengan dia. Aku juga nggak tau, apa yang membuat aku jatuh cinta sama dia. Mungkin karna kebaikan dan kesabarannya kali yaa?? Entahlah.

Aku berusaha untuk nggak jatuh cinta terlalu dalam sama dia. Karena aku takut. Aku takut perasaan ini berujung seperti yang terdahulu. Perasaan tak berbalas, dan mereka menikah dengan orang pilihannya. Namun banyak sahabat dan orang-orang terdekatku bilang, jika aku punya keberanian untuk bilang tentang perasaanku, mungkin jalan kisahnya akan berbeda.

Bagiku, untuk mengatakan “aku cinta kamu” untuk orang yang sangat aku cintai, itu nggak semudah membalikkan telapak tangan. Mana mungkin aku seorang cewek bilang sama cowok tentang perasaanku? Ya kali kalo aku nggak punya malu, mungkin bakal aku ungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Bahkan saat aku berusaha untuk membuka hatiku untuk kedua kalinya saat aku berusaha melupakan cinta pertamaku yang tak berbalas selama 9 tahun lamanya itu, guru SMA ku sendiri bilang sama aku. Sekarang nggak jamannya harus cowok duluan yang bilang perasaannya. Kalo emang cinta, buktikan dengan tindakan, bukan hanya khayalan ato mimpi belaka. Tapi aku tetap pada pendirianku, pantang bagi aku untuk mengatakan perasaanku terlebih dahulu sama orang yang aku cintai. Menurut guruku itu, kalo aku nggak bilang, berarti aku nggak benar-benar cinta sama orang yang aku cintai. Beliau memberikan saran itu ketika aku berhasil membuka hati dan bisa melupakan cinta pertamaku. Aku juga nggak berani untuk bilang sama cinta kedua dalam hidupku, kalau aku menyimpan perasaan untuk dia. Dia adalah rekan kerja di salah satu sekolah di kotaku. Sekaligus teman bahkan sahabat terbaikku. Saat itu aku bahkan juga tau, banyak guru dan siswa-siswi kalau dia lagi dekat sama salah satu siswi di sekolah itu. Awalnya aku nggak percaya dan nggak mau percaya. Tapi kalau aku seperti itu, berarti aku orang yang egois. Nggak mau tau tentang apa yang ada di sekelilingku. Desas-desus kala itu santer banget di telingaku kalau dia akan menikahi siswi itu. Aku berusaha untuk nggak mempercayai itu. Hingga pada saatnya dia sendiri yang memberikan undangan pernikahannya untuk aku. Jujur, kala itu hati aku langsung retak bahkan siap-siap untuk hancur lebur saat undangan pernikahannya ada dalam genggaman tanganku. Pupus sudah harapanku untuk bisa bersama dengan dia. Bahkan jika dibilang, dulu aku hendak untuk bilang sama dia kalau aku cinta dia. Dengan segenap hati aku mengumpulkan keberanian untuk bilang perasaanku sama dia. Tapi semua sirna begitu saja. Saat hari pernikahannya pun aku nggak sanggup untuk datang menyaksikan dia di pelaminan dengan cewek lain. Selama satu minggu aku hanya mengisi hari-hari aku dengan menangisi semuanya. Ya, penyesalanku yang lagi-lagi hinggap di benakku. Penyesalan atas sikap egoisku karna tak menghargai diriku sendiri. Penyesalan karna aku menutup rapat bibirku yang nggak mampu untuk bilang “aku cinta kamu” sama orang yang aku cintai.

Kali ini, di tahun ini, aku bertemu dengan cowok yang mampu membuka hatiku lagi. Ya Tuhan, jika memang dia adalah cowok terakhir yang harus aku pertahankan, aku berharap kali ini aku memiliki keberanian untuk mengatakan perasaanku. Aku berusaha mengumpulkan keberanianku lagi untuk bilang sama dia akan perasaanku ini. Akan tetapi, lagi-lagi rasa ketakutan itu muncul dibenakku. Aku takut untuk bilang sama dia kalau aku cinta dia.

Aku cukup tau diri akan perasaanku ini. Nggak seharusnya aku seperti ini. Bukan aku yang memilih kamu, tapi hatiku lah yang memilih kamu. Untuk seseorang yang sangat berarti di hatiku, sebisa mungkin aku akan menjaganya. Aku sangat tau diri, nggak seharusnya aku punya perasaan khusus untuk kamu. Tapi mau bagaimana lagi? Hati aku bak kereta yang melaju kencang. Tak ada yang dapat menghentikannya. Seperti kapal yang berlayar di tengah laut. Mengikuti deras ombak di lautan untuk membawanya bersandar, dan hanya pelabuhanlah tempat kapal itu bersandar. Aku cukup tau diri, nggak sepantasnya aku memiliki perasaan ini untuk kamu. Kamu itu ibarat bulan dan bintang yang menghiasi angkasa dengan sangat indahnya. Jauh dari jangkauan, namun slalu menyinari. Yang akan slalu aku pandang, tanpa bisa aku menggapainya. Aku pengen banget kamu tau akan perasaanku. Tapi aku nggak punya cukup keberanian untuk bilang ke kamu akan perasaanku ini.

Aku akui kalau aku memanglah seorang pengecut..!! Berani berucap, namun tak mampu mengucapkan. Sebongkah ketakutan ibarat sebuah bom yang siap meledak suatu saat nanti jika aku sampai mengatakannya. Ya, mengatakan aka nisi hati aku yang sebenarnya terhadap kamu. Yang hanya aku tutup rapat dan aku buang kuncinya bahkan hilang entah kemana. Dan mungkin hanya kamu yang dapat membukanya walau tanpa kunci yang hilang entah kemana perginya itu.

Tulisanku ini, ingin rasanya aku berikan untuk dia. Cowok berinisial “M” yang sekarang aku cintai. Tapi seperti yang aku bilang tadi, aku hanyalah cewek pengecut yang nggak punya keberanian untuk mengutarakan isi hatiku yang sesungguhnya..!! Beribu ketakutan menyelimutiku yang mampu membuat bibirku beku tak bergerak sedikitpun, detak jantung yang berdetak lebih kencang seperti biasanya, bahkan kaki yang gemetar nggak mampu berdiri jika aku mengucapkan perasaanku.

Mungkin lirik ini juga dapat mewakili perasaanku yang terpendam.

Ucapkanlah kasih satu kata yang ku nantikan.

Sebab ku tak mampu membaca matamu, mendengar bisikmu.

Nyanyikanlah kasih, senandung kata hatimu.

Sebab ku tak sanggup mengartikan getar ini,

Sebab ku meragu pada dirimu.

Mengapa berat ungkapkan cinta padahal ia ada.

Dalam rinai hujan, dalam terang bulan, juga dalam sedu sedan.

Mengapa sulit mengaku cinta padahal ia terasa dalam rindu dendam hening malam, cinta terasa ada.

(Ada Cinta – Acha feat. Irwansyah)

Dari lirik itu juga jelas bahwa susah untuk mengatakan perasaan cinta pada seseorang yang dicintai, walau kedua belah pihak tau bahwa ada perasaan khusus di antara mereka. Namun yang aku alami kali ini adalah aku yang menyimpan perasaan terhadap cowok berinisial “M” ini. Aku yang nggak memiliki cukup keberanian untuk mengataan “I love you” pada cowok ini.

Ya Tuhan, aku berharap dialah cowok terakhir yang aku cintai. Aku nggak mau terluka seperti dulu lagi. Merasakan sakit yang teramat sangat karena nggak sanggup melihat orang yang aku cintai bersanding dengan wanita lain di pelaminan. Berarti cinta terdahuluku bukanlah jodohku. Aku tau dan sangat yakin kalau Tuhan menyandingkan umatnya berpasang-pasangan. Tapi aku nggak tau siapa yang akan menjadi jodohku kelak. Yang aku tau saat ini adalah aku memiliki perasaan khusus terhadap cowok berinisial “M” itu.

Ya Tuhan, kenapa harus sesakit ini aku mencintai lelaki berinisial “M” ini? Jika Engkau memang menuliskan kisahku dengan cara seperti ini untuk ku rasakan indahnya di kemudian hari, aku ikhlas. Namun jika Engkau juga membuat permainan atas diriku melalui lelaki ini, satu yang aku pinta, jangan Kau buat aku membenci dia suatu saat nanti. Biarkan aku merasakan sakit karena dia, tanpa harus aku membencinya di masa yang akan datang. Biarkan aku tetap mencintai dia walau harus sakit teramat sangat bersamaan cinta tumbuh berdampingan bercampur aduk menjadi satu di hatiku ini. Biarkan aku tetap mempertahankan perasaan ini walau pada akhirnya kami tak bisa bersama. Biarkan aku mengingat betapa sakitnya aku harus mempertahankan lelaki berinisial “M” ini. Karena kali ini, aku merasa bahwa kamu mungkin hanya membuat aku merasa nyaman sama kamu mas. Nyaman karena hati ini sudah bisa diisi relung hatinya. Namun sekalinya aku nyaman sama kamu, malah kamu buat aku sadar, siapa aku dan kamu yang mungkin nggak bisa bersama dan bersatu menjadi bagian yang utuh.

Untukmu yang aku cintai tanpa kamu harus tau akan perasaanku ini, aku mohon jangan biarkan aku menyerah. Biarkan aku tetap bertahan atas perasaanku ini walau harus rasa sakit yang aku rasakan karena berani mengambil keputusan untuk mencintai kamu. Aku yang memilih untuk melakukan ini. Jadi kamu nggak usah merasa bersalah jika pada suatu saat nanti kamu tau yang sebenarnya. Tau akan perasaanku yang sebenarnya sama kamu mas.

Dan jika tulisan ini terbaca olehmu, (entah karena sengaja atau tidak), aku hanya meminta, kamu menjawab atas keraguanku ini mas. Karena sekarang aku mulai ragu atas perasaanku ini. Aku ragu, apakah rasa kagum ini sudah benar-benar berubah menjadi cinta dan aku masih mencintai kamu, ataukah rasa kagum ini hanya sebatas rasa kagum dan nggak akan pernah meminta lebih untuk merubahnya menjadi cinta. Tolong jawab atas keraguanku ini mas. Jangan buat aku penasaran seperti ini. Jangan buat aku slalu menangis tanpa sebab karna mengingatmu dalam kenanganku. Jangan buat aku menyesal karna berani mengambil keputusan sempat mempertahankan nama kamu di hati aku tanpa melirik lelaki lain. Jangan buat aku merasa bersalah terhadap diriku sendiri karena sebuah penyesalan dikemudian hari. Dan jangan buat aku menunggu tanpa kepastian seperti ini…

 

 

 

TAMAT

 _____________________________________________

Dendi Novy Kurnia, 12 Nov 1989. Guru SMAN 2 Situbondo dan SMAN 1 Panarukan.

Tulisan ini hasil challange KMC.