oleh: Alifa Faradis*

Saat ada kabar GSM akan mengadakan camp literasi, perasaan saya menjadi bersemangat mengingat sudah beberapa bulan ini komunitas-komunitas literasi di situbondo tak mengadakan kegiatan luar. Apalagi kegiatan ini bersinggungan langsung dengan alam dan masyarakat sekitar. Sayangnya saya tak bisa mengikuti acara utuh dari pagi sampai sore karena masih harus melakukan pekerjaan. Maklum, kebutuhan sandang, pangan dan pendidikan butuh biaya yang tidak murah~

Malamnya saat sedang bersiap-siap, saya dilanda keraguan karena saya tau perjalanan menuju lokasi di malam hari tidak mudah apalagi orang tua khawatir mengingat saya adalah anak perempuan dan keluar di malam hari terlalu beresiko untuk perempuan yang berencana sampai menginap. Tetapi saya berusaha meyakinkan diri saya sendiri dan orang tua saya bahwa lokasi camp literasi sudah berkoordinasi dengan desa sehingga masalah keamanan dan lain-lain sudah terjamin. Namun lagi-lagi kekhawatiran itu kembali diutarakan saat saya sudah bersiap berangkat mengingat perjalanan menuju lokasi yang gelap dan cukup menanjak karena wilayah perbukitan. Akhirnya saya menghubungi rekan laki-laki saya untuk menjemput di tempat yang bisa saya jangkau menuju lokasi, beruntung rekan saya sedang turun dari lokasi sehingga saya dapat berangkat bersama-sama nantinya. Saya kembali menegaskan kepada orang tua saya bahwa saya akan baik-baik saja tanpa perlu kekhawatiran yang berlebihan. Setelah meyakinkan dengan segala rupa, akhirnya saya bisa berpamitan dengan tenang dan mengantongi izin yg disertai dengan wejangan-wejangan. Beberapa lama sampai di lokasi pun saya ditelpon hanya untuk ditanya apakah sudah sampai dengan selamat.

Begitulah perempuan, ada banyak kekhawatiran yang disematkan. Ada banyak sisi-sisi lemah yang terlihat pada diri seorang perempuan sehingga gerak geriknya menjadi terbatas. Hal tersulit saat ingin berkegiatan adalah mengantongi izin dari orang tua. Mendapatkan izin pun, harus disertai wejangan-wejangan panjang dan waktu yang diberikan cukup singkat.

'Anak perawan jangan sering keluar, nanti jadi omongan orang' kiranya wejangan ini sudah sering terdengar di telinga. Begitu pula dengan kalimat; Jangan lama-lama, jangan sering-sering, jangan malam-malam, dan larangan-larangan lainnya.

Banyak sekali problem yang hampir sama dengan yang saya alami, bahkan lebih parah lagi. Sulitnya mendapatkan izin dan pola pikir yang sudah terlanjur tertanam dari kecil bahwa perempuan harus di rumah, tidak boleh sering-sering keluar, tidak boleh ikut kegiatan malam apalagi sampai menginap menjadikan perempuan sebagai minoritas dalam kegiatan-kegiatan literasi. Terbukti dengan jumlah perempuan yang ikut kegiatan camp literasi saat itu hanya terhitung jari.

Saya masih bersyukur karena orang tua masih membebaskan anak perempuannya mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut sehingga saya dapat berkontribusi dan mendapatkan pengalaman berharga dari kegiatan-kegiatan itu. Meski tinggal di desa, orang tua saya termasuk 'luwes' dalam memberikan izin asal kegiatan yang saya ikuti bermanfaat dan jelas waktu, tempat dan siapa saja yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Dimengerti bahwa kekhawatiran orang tua adalah tanda bahwa anak perempuannya begitu disayangi. Mereka hanya tidak ingin anak perempuannya mengalami kejadian buruk karena, dibandingkan laki-laki, perempuan lebih lemah baik fisik maupun psikis sehingga dengan pertimbangan itu, orang tua enggan mengijinkannya untuk berkegiatan di luar.

Sebenarnya ada cara mudah untuk mendapat izin yaitu dengan komunikasi yang baik. Kita seringkali kurang bisa berkomunikasi dengan baik saat menyampaikan apa dan bagaimana kegiatan tersebut akan berlangsung sehingga menjadi kesalah pahaman yang dimengerti orang tua sehingga terjadilah pertentangan boleh dan tidak anak perempuannya ikut berpartisipasi. Penjelasan yang buruk dan tidak mendetail hanya akan membuat orang tua curiga, Jangan-jangan apa yang dikatakannya itu hanyalah alasan agar ia bisa main-main di luar. Jangan-jangan kegiatan itu hanyalah bualan anak-anak muda jaman sekarang yang hanya ingin bersenang-senang, dan seterusnya. Jadi, komunikasi memang memiliki peran penting untuk membangun kepercayaan orang tua. Setelah mendapatkan kepercayaan tersebut, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menjaga kepercayaan itu karena satu kesalahan saja akan berakibat fatal, lebih-lebih untuk orang tua yang terlalu overprotektif.

Menjadi perempuan yang aktif dalam kegiatan-kegiatan semacam itu memang tak mudah, namun bukan berarti harus menyerah, bukan?

________________________

*) Perempuan yang sibuk berburu dollar.