Percakapan Dua Gelas Teh
Umi, terima kasih sdh melahirkan putra yang begitu teduh saat
dipandang. Begitu keras kepalanya untuk saya menekuni predikat 'sabar'.
Umi, kapan kita bisa bertemu? Sambil bersulam teh di dekat jendela
yang ditemani senja sore, mungkin. Lalu aku akan terus melancarkan semua tanya,
terkecuali mulutku sudah kaku. Membeku.
Umi, dipertemuan ku dg bujangmu tadi. Sedikit terkesima aku dg perlakuannya. Aku telah dihantarkan pada singgasananya walau belum penuh..
Jember, Februari 2021
Melukis Senja
Ohh Umi, putramu sudah
pandai memilih.
Yang hidup di lahir dan lahir di bathin.
Ohh Umi, putramu sudah pandai memercikkan api mantili
di sakunya yg saban hari saya cuci dengan yakin.
Oh Umi,
Oh Umi,
Saya bermimpi.
Tadi pagi sebelum matari disusur ayam kokok, wajah putramu
menggilis malam. Diberikannya es kopi susu kesukaan Ning sambil lalu ada surat
cinta di dalamnya. Ingatku begitu. Semoga tak salah...
Aduhai, betapa saya harus menikmati malam panjang ini..
Mencapai Klimaks
Terlalu sempurna aku mengharapkanmu, Gus.
Siapa yang berani bersanding dengan perempuan radikal dan
liberalnya sudah terlewat batas ini? Tak ada yg memberanikan diri. Sekalipun
berani, pasti cuma uji nyali.
Semua hanya tipu daya kan, Gus? Iyaaa, hanya tipu-tipu. Dunia itu tipu-tipu. Termasuk memaksa mencintaimu.
Jember, 26 Mei 2021
Pelupa pada Luka
Aku terlalu pintar menjahit luka di tubuh manusia lain.
Aku terlalu manjur menjadi tabib yang selalu siaga dengan
obat-obat mujarab disetiap pasiennya.
Tapi aku,
Pelupa pada luka tubuhnya sendiri.
Random
Membohongi diri sendiri adalah kemunafikan yang sangat besar.
Jadi jangan pernah, walau sering.
Sering kita gunakan pembohongan itu dengan sebaik-baiknya, sampai lupa adanya Tuhan yang sebaik-baiknya menutupi keburukan hambanya~
Mungkin ini keadaan yang random dan bisa dikatakan tidak tepat.
Jelas, karena di sini aku bebas. Aku merdeka tanpa di dikte. Aku turut
mengundang saudara seperimanan dan seperimajinasianku tanpa mengenal kasta.
Ya, Kau. Selamat. Selamat sudah terpilih dan menjadi bagian hidupku yang kepada segalanya bertaruh.
---
Sitti Rohmah. Lahir di tanah Situbondo, 17 Juli 1999. Dapat ditemui di Fakultas Ilmu Budaya UNEJ, mahasiswa yang berusaha menyelesaikan studinya. Berani bertaruh, dan suka memilin air mata saat hujan bersila. Dapat ngobrol dgnnya di kios kopi angkringan kecil pinggir jalan atau kalau malu, bisa chatt di via WA: 082232113662 atau kalau tambah malu lagi, sila gmail: sittirohmah17@gmail.com.
Salam seni dan budaya!
0 Komentar