Oleh : Novi Dina*
"Cewek
selalu benar!”
Ungkapan seperti ini yang terkadang membuat perempuan terlihat egois dan menyebalkan. Seolah-olah
para kaum hawa selalu benar dalam segala hal, padahal dalam beberapa hal
perempuan juga selalu merasa serba salah. Bukan begitu kaum adam? Contohnya
perkara memilih makanan saja sampai harus diusir dari surga.
Anggapan
pertama, yang membuat perempuan serba salah yaitu dituntut untuk tidak begitu
pintar dan sukses, karena nantinya akan susah dapat jodoh. Wow? Yang gak pintar dan gak sukses juga susah dapat jodoh, contohnya saya ini. Hahah. Tolong
jangan julid yah!
Seharusnya
memang mencari perempuan yang pintar dan mau belajar banyak hal, karena basic pendidikan seorang anak adalah
dari orangtua terutama sosok ibu. Memangnya tidak ingin punya garis
keturunan yang bisa membanggakan dan mengangkat derajat keluarganya? Jadi kalau
pintar dibilang mau merendahkan laki-laki itu tidak benar, terlalu banyak
nonton sinetron kamu! Nonton upin dan ipin aja!
Yang pintar punya pemikiran yang luas. Setidaknya jika ada masalah di dalam
rumah tanggamu, dia bisa memberikanmu solusi bukan hanya emosi.
Kalau
perempuan yang sukses dan kamu yang insecure
itu salah besar. Kenapa bisa? Yah di-bisa-in!
Kenapa harus takut dengan yang sukses? Punya materi sendiri? Nantinya juga
bisa meringankan bebanmu dalam perekonomian rumah tangga, bukannya begitu
yah? Biasanya yang sukses, sudah pandai dalam mengelola aset yang dia punya.
Yang perlu diingat! Miskin dan kayanya suami
tergantung istrinya loh, bagaimana ia bisa mengelola apa yang sudah diberikan
suami atau apa yang dipunya suami. Dan ingat lagi pasanganmu kalau gak di ambil orang yah diambil Tuhan, setidaknya
kalau kamu meninggal, dia dan anak-anakmu sudah tidak perlu belas kasih orang
lain. Generasimu masih bisa meraih cita-citanya dan tidak merasa kekurangan.
Satu hal
penting di sini untuk perempuan, jika kamu ingin suami yang mapan secara
finasial dan sebagainya, kamu juga harus mapan. Ingat! kamu tidak hidup di
dunia dongeng cinderella yang tiba -
tiba saja didatangi putra mahkota dan kamu di bawah ke istananya. Biasanya
lelaki yang mapan secara finansial dia juga mencari perempuan yang bisa
mengatur finansialnya. Yah, belajar mengatur finansial juga yah, cantik! Jangan hanya belajar ngatur alis. Hahaha.
Sebagai perempuan kita juga harus tahu diri, jangan hanya menuntut ini dan itu, jangan berlindung di balik kalimat, realistis. Realistis harus diimbagi antara nilaimu dan nilai yang kamu tuntut, jaman sekarang juga banyak laki-laki yang juga mencari perempuan yang punya keahlian dan bisa dibanggakan, sebab yang berkualitas tidak bisa dirayu dan digoda, mereka hanya tertarik dengan perempuan yang memiliki kualitas dan standar yang sama.
Anggapan kedua, perempuan tidak bisa make up disangka tidak bisa mengurus diri. Kalau pakai make up disangka mau menggoda laki-laki. Mereka menggunakan riasan di wajahnya untuk diri mereka sendiri, agar merasa nyaman secara pribadi atau ketika bersama orang lain. Wajah kusut tidak karuan selain membuat diri tidak nyaman, kadang juga membuat orang di sekitar kita juga tidak nyaman. Jangan GR dulu kaum adam. Hahah. Perempuan yang berdandan cantik itu bentuk dari menghargai dirinya, banyak sekali orang yang seenaknya menghina perempuan karena penampilannya.
Jika kamu
percaya diri menggunakan riasan di
wajahmu, pakai saja! Jangan takut dengan kata-kata “Yang natural lebih
menarik?” kalau ada yang berkata demikian kamu cukup jawab saja, “Memang tidak
semua orang seleranya sama dan bagus!”
Anggapan
ketiga,
“Kamu
jangan sekolah terlalu tinggi nanti jadi perawan tua!”
Kalimat
ini sudah terbiasa didengar perempuan dari desa terpencil yang masih dilihat
sendiri dan belum ada gandengan.
Beberapa
daerah khususnya desa, ada yang masih berpandangan perempuan yang melanjutkan
pendidikannya sampai bangku perkuliahan adalah hal aneh, ada juga yang
menanggapnya tabu.
Jika
mayoritas masyarakat berfikir demikian, maka pendidikan di negeri ini tidak
akan maju. Anak-anak yang cerdas itu lahir dari gen seorang ibu yang cerdas
pula. Mencari ilmu juga sebuah kewajiban dalam agama Islam dan mencari ilmu itu
di peruntungkan tidak hanya untuk laki-laki tetapi juga perempuan, mulai
dari belaian bunda sampai keliang lahat. Begitu kira – kira istilah yang sering
saya dapat di sosial media.
Kalau
kita tidak menempuh pendidikan yang tinggi, lantas bagaimana kita mendidik
anak-anak kita kelak? Padahal kita akan hidup di masa yang berbeda dan jika
tidak memiliki pengetahuan lebih, bisa jadi akan menjadi bumerang bagi kita
sendiri. Tidak sedikit kenakalan remaja dipicu dari lepasnya pengawasan
orang tua, entah itu dimulai dari kemajuan teknologi, pergaulan, dan lain-lain.
Ada pula
yang berkata, pendidikan anak dimulai saat kamu memilih siapa yang jadi
ibunya, mengapa demikian? Karena perempuan akan menurunkan kecerdasan pada
anaknya serta akan jadi pendidik paling pertama.
Pendidikan
yang tinggi tidak melulu menjadikan seorang perempuan untuk berkarir.
pendidikan yang tinggi itu menjadi bekal untuk generasi berikutnya, pendidikan
tinggi tidak melulu harus menghasilkan uang yang banyak, namun bagaimana dapat
memberi manfaat kepada masyarakat tentang keilmuannya.
Yah,
menjadi perempuan memang tidak mudah. Banyak pandangan buruk terhadap perempuan
yang kadang membuat mereka takut melangkah maju, bahkan untuk bersuara saja
mereka ketakutan, juga takut mengambil keputusan-keputusan paling penting dalam
hidup mereka karena sebuah anggapan yang hadir di sekitar mereka. Tak ayal
mereka hanya diam, pasrah dengan keadaan yang sedang menimpa karena untuk
bersuara pun mereka tidak bisa.
Mungkin
ada baiknya kita sebagai sesama perempuan saling mendukung satu sama lain.
Menjadi media untuk perempuan lainnya untuk membuka suara atau untuk menepis
anggapan-anggapan buruk yang nantinya akan menghambat perempuan lainnya untuk
maju. Satu hal yang pasti, tonggak peradaban selanjutnya ada di tangan
perempuan. Artinya kualitas baik buruknya generasi berikutnya ada di tangan
perempuan dan untuk mencetak generasi yang berkualitas tak hanya sekadar teori
yang mumpuni tetapi pengalaman yang didapat, yang mana pengalaman tersebut
didapat ketika gerak seorang perempuan tidak dibatasi selama masih tidak akan
merugikan dirinya dan orang lain.
0 Komentar