Oleh : Novi Dina*
Sudah sejauh ini, kita telah bersama. Tidak ada
kesengajaan untuk bertemu, tetapi sengaja untuk saling mencintai. Sosok yang
tidak saya kenal, bahkan tidak pernah bertemu apalagi  berpapasan sebelumnya. Nyatanya, mampu
membawa banyak warna dan hal baru di hidup saya.
Kita bertemu saat sama-sama tidak memiliki pikiran
untuk menikah, bahkan kita sudah pasrah jika nantinya harus dipinang atau
meminang oleh kematian. Bentuk pasrah kita pada Sang Pencipta ini bukan karena
kita yang lelah, tetapi pasrah pada ketetapan-Nya.
Jalan yang kamu lalu menuju "Saya terima nikah
dan kawinnya" dilalui dengan trauma, kecewa, dan luka. Tidak hanya kamu,
saya pun juga. Barangkali keputusasaan atau kepasrahan kita pada Tuhan, yang
membuat Sang Pencipta memberi belas kasihnya. Sehingga, membuat kita bertemu
pada ketidaksengajaan.
Bertemu saat usia kita sama-sama matang. Saat
sama-sama kenyang atas trauma, kecewa, dan luka, serta bahagia. Kamu memilih
saya bukan karena tidak ada pilihan lain. Justru saat kamu dihadapkan dengan banyak
pilihan, lalu memilih saya, begitupun saya. Kamu masih takut akan sebuah
kehilangan. Nyatanya jika bukan karena kamu, saya enggan untuk memilih dan
melangkah lebih jauh lagi.
Berawal dari dikenalkan seseorang yang kini jauh di
ujung timur Situbondo. Lebih tepatnya, mungkin waktu itu saya sungkan jika harus
menolak untuk dikenalkan. Karena jika menolak, pasti urusannya akan panjang,
sepanjang jalan Anyer-Panarukan. Hehe. Niatnya hanya ingin dikenalkan, tetapi
tidak disertakan nomor yang bisa dihubungi. Seperti halnya menyuruh mengirim
surat, tetapi tanpa alamat. Nyatanya orang lain yang memberi jalan untuk kian lebih
dekat. Mungkin benar, jika jodoh banyak cara untuk Tuhan pertemukan juga Tuhan
dekatkan. 
Kisah cinta yang ditulis oleh Tuhan memang harus
diserahkan lagi kepada-Nya 
Penantian yang cukup panjang ini, menorehkan hasil
yang cukup manis. Semoga bukan hanya cinta, lalu  kamu memilih saya, tetapi Tuhan yang memilihkan
saya untuk kamu cinta.
Mari terbang lebih tinggi lagi dengan segala baik
buruk yang akan kita lewati bersama. Terbang dengan percaya diri, ketulusan,
serta dengan penuh kasih sayang.
Semoga kita bersama mampu membuat merasa lebih baik,
jauh lebih bahagia dibanding masa sendiri. Nantinya kita bisa layak menjadi Ibu
ataupun Ayah bagi anak-anak kita nanti. Membangun keluarga yang hangat dengan
cinta dan kasih sayang berlimpah. Tanpa suara bising dari bentakan dan cacian
yang timbul dari ego masing-masing. Mari bersama-sama menekan ego masing-masing
untuk hidup bersama hari ini, esok, dan selamanya.
Kita berhak untuk bahagia. Mari berusaha saling
mencintai dengan cinta yang tulus. Mari kita tanamkan di hati "Bahwa di
pernikahan siapa pun tidak ada rumah tangga yang benar sempurna". Seperti katamu,
pasti akan menemukan hal yang mungkin tidak sejalan. Bukan karena cinta yang
mulai pudar, tetapi karena kita dua individu yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan, serta isi kepala yang tak sama. Bertemu dengan banyak cacat, bekas
luka yang mungkin masih tersisa, dan ujian yang akan membuat kita lebih dekat
dan lebih sayang.
Sebulan telah berlalu, kita bersama. Sedikit sifat
baik dan buruk kita, mungkin sudah mulai terlihat. Kesal dan marah pun, mungkin
sudah dirasa. Mungkin karena komitmen kita dari awal untuk 40 hari pertama tidak
boleh ada marah dan kesal.
Katanya, pernikahan yang sempurna, itu tidak pernah
ada. Kita sendirilah yang menyempurnakannya. Kita sendirilah yang menata rumah
itu sampai akhir hayat kita.
Love
you!
 

0 Komentar