Ilustrator: Auliassilmi*


Perpisahan Semu

Oleh: Kanaya W.U.*

 

Tangan kecil tetiba tak bergerak

Membuat banyak orang berteriak

Merintih, menangis, tak menyangka dirimu pergi

 

Senyum kecilmu membuat kami merindu

Tak menyangka akan kepergianmu

Para malaikat telah menyambut, dengan pelukan yang menghilangkan sakitmu.

 

Kesucian hati dan perilaku membuat malaikat cemburu

Surga adalah tempat terbaik

Bertemulah dengan penghuni surga yang akan merawatmu

Abadi.....

 

Situbondo, 4 November 2021

 

Duka Lara

Oleh: Kanaya W.U.*

 

Siapa yang tak menangis?

Setelah kau pergi, tanpa ciri

Sempat masih melihat tawamu, yang menghiburku

Ingin ku cubit pipimu yang lembut

Menjadi hiburan setiap orang yang melihat

 

Saat kau pergi

Langit pun ikut menangis

Angin bertiup dengan lembut, seakan ikut berduka

Matahari tetiba redup, tanda kesedihan

 

Lucu wajahmu

Lembut suaramu

Manis senyummu

Bahagia disana, dengan pelukan sang kuasa

 

Situbondo, 4 November 2021

 

Selamat Jalan, Lora

Oleh: El*

 

Dalam dekapan cinta abah

Elusan tangan lembut abah

Senyum bahagia abah

 

Selalu berucap

Semoga bahagia engkau

 

"Polisi Allah"

Dengan gagah kau menyebut ingin dalam hatimu

Hari yang baik telah menyambut kedatanganmu

 

Situbondo, 04 November 2021

 

Angan Yang Sirna

Oleh : Kapten_ran*

 

Senja kali ini sunyi setelah kau pergi tanpa tanda

Tak ada rasa suka atau gemericik tawa

Hanya ada angin duka dan tarian air mata

Walau sosokmu kini telah hilang namun nama dan kisahmu akan selalu kukenang

 

Tak mudah menepis angan yang sempat kurangkai dalam alunan doa

Namun keikhlasan yang kuberi tak seberapa dibanding kebahagiaan yang akan kau dapatkan

Meski jalan yang akan kulalui sulit dan tak akan ada kata lupa

Akan tetap kulalui meski kehadiranmu telah usai

 

Selamat jalan untukmu yang tak pernah selesai dalam setiap doaku

Meski aku tak bisa lagi mendekap tubuh yang kini mendingin

Namun kehangatan yang kuberikan akan abadi untukmu

Tak akan lekang oleh waktu dan tak akan pudar oleh hujan

 

Situbondo, 04 November 2021 

 

Kiai, di Mana Sedihmu Kau Sembunyikan?

Oleh: Wilda Zakiyah*

 

Ketabahan yang tak pernah selesai aku maknai

Kesabaran yang tak juga habis, tanpa ujung, tanpa tepi

Ada luka paling purna di dada yang lara

Kiai, di mana sedihmu kau sembunyikan?

 

Pada bait "Innalillahi..." putramu, kami tidak mendengar isak sama sekali

Pada lantunan "Allahummaghfirlahu..." kami tidak melihat histeris pada gerakmu

Kau dapat di mana jiwa teguh itu?

 

Barangkali hatimu kerontang, Kiai

Sebab banjir tangis sengaja kau bendung

Demi menjadi contoh arif beserta bijak pada ribuan santri-santri

Dari mana kau belajar menjadi manusia seikhlas ini?

 

Andai itu kami, mungkin sudah retak kapal-kapal iman sebelum sampai pada bandar tujuan

Andai itu kami, barangkali sudah hangus tawakkal sebelum sampai pada pasrah yang kekal

Andai itu aku, bisa jadi hanya sisa belulang taqwa yang tidak utuh dan sebentar lagi runtuh

"Naudzubillah."


Lora Ibrahimy,

Putramu yang belia itu pergi

Di mana kau dapat keteguhan itu, Murabbi??

Ya murabbi qalbina, di mana duka-duka itu kau simpan?

Malaikat mana yang bersedia menadah bening tangismu?

Kiai, sungguh, di mana sedihmu kau simpan? 

Agar kami belajar, melepas tanpa kabung, ikhlas tanpa bingung.

Kalimat zikir apa yang mesti kami lantunkan?

Ajari kami, makna sabar paling luas dan melepas paling ikhlas.


Situbondo, 04 November 2021 





Pada Wajahmu, Lora Muhammad Dhafir Al Ibrahimy

Oleh: Wilda Zakiyah*

 

Tuhan, tabah mana lagi yang mesti dikaji?

Air mata dan doa mana dari kami yang kurang deras mengantarnya?

Makna kehilangan yang bagaimana lagi yang menghadirkan ikhlas terluas?

 

Aroma kitab semerbak disampaikan lafaz sampai pada makna

Menyeret jiwa khusyuk dan tertunduk

Murabbi membiarkanmu bermain di sampingnya

Di wajahmu, kami mendapati malaikat bertaburan dan beri salam

 

Aku melihat sekelebat Kiai Dhofir Munawwar, sekelebat lagi aku menemukan Kiai As'ad Syamsul Arifin, selanjutnya dalam tundukmu aku menemukan Kiai Fawaid As'ad turut hadir.

Ruh yang utuh seperti terbangun di semburat teduh wajahmu

 

Pada binar itu, kami bahkan melihat beliau-beliau terdahulu.

 

Situbondo, 04 November 2021

  

Di Sebalik Putih

Oleh: Gaharu*

 

Denting waktu berlalu

Detak jantung bersahutan pilu

Aroma kebebasan seakan membawa nyanyian merdu

Di sekeliling sukma bernaung salju

Tak merantai, tak menjerat, tak juga mengekang

Begitu hangat dan damai selaksa sepasang bola mata yang kian redup

 

Swastamita menjemputnya

Arunika mengantarnya

Nabastala tersenyum, melambaikan tangannya bak jembatan warna

Tapak mungil berlari kecil

Sabit kecil terpatri, tetes hujan mengguyur bumi

Telapak yang kini berpindah rabaan

Mendekap segala rindu dan harapan

 

Di sebalik putih kian tersenyum

Membawa munajad indah berlari di pelataran nirwana

Sesekali tawa, sesekali cahya

Dalam alunan syair ia senandungkan

Doa untuk keselamatan

 

Yogyakarta, 05 November 2021